AJENG SRI NOVIA
1123070003
3 MKS A
1. Pengertian Material Requirement
Planning (MRP)
Perencanaan
kebutuhan material (MRP) dapat didefinisikan sebagai suatu teknik atau set
prosedur yang sistematis untuk penentuan kuantitas serta waktu dalam proses
perencanaan dan pengendalian item barang (komponen) yang tergantung pada
item–item tingkat (level) yang lebih tinggi (dependent demand). Ada 4 kemampuan
yang menjadi ciri utama dari sistem MRP yaitu:
1. Mampu menentukan kebutuhan pada saat
yang tepat
2. Membentuk kebutuhan minimal untuk
setiap item
3. Menentukan pelaksanaan rencana
pemasaran
4. Menentukan penjadwalan ulang atau
pembatalan atas suatu jadwal yang sudah direncanakan
Perencanaan kebutuhan material atau sering dikenal dengan Material
Requirement Planning (MRP) adalah suatu sistem informasi yang terkomputerisasi
untuk mengatur persediaan permintaan yang dependent dan mengatur jadwal
produksi. Sistem ini bertujuan untuk mengurangi tingkat persediaan dan
meningkatkan produktivitas. Terdapat dua hal penting dalam MRP yaitu lead time,
dan berapa banyaknya jumlah material yang siap dipesan
Dengan metode MRP dapat memesan sejumlah barang atau
persediaan sesuai dengan jadwal produksi, maka tidak akan ada pembelian barang
walaupun persediaan telah berada pada tingkat terendah. MRP dapat mengatasi
masalah-masalah kompleks dalam persediaan yang memproduksi banyak produk.
Masalah yang ditimbulkannya antara lain kebingungan inefisiensi, pelayanan yang
tidak memuaskan konsumen, dll.
Penentuan kebutuhan material yang pasti dalam proses
produksi akan meminimalkan kerugian yang timbul dalam kaitannya dengan
persediaan. Dengan menggunakan metode MRP untuk melakukan penjadwalan produksi,
maka perusahaan akan menentukan secara tepat perencanaan tanggal penyelesaian
pekerjaan yang realistik, pekerjaan dapat selesai tepat pada waktunya, janji
kepada konsumen dapat ditepati dan waktu tengang pemesanan dapat dikurangi.
2.
Tujuan Material Requirement Planning
Secara umum, sistem MRP dimaksudkan untuk mencapai tujuan
sebagai berikut :
1.
Meminimalkan Persediaan
MRP
menentukan berapa banyak dan kapan suatu komponen diperlukan disesuaikan dengan
Jadwal Induk Produksi (JIP). Dengan menggunakan komponen ini, pengadaan
(pembelian) atas komponen yang diperlukan untuk suatu rencana produksi dapat
dilakukan sebatas yang diperlukan saja sehingga dapat meminimalkan biaya
persediaan.
2.
Mengurangi resiko karena keterlambatan produksi atau pengriman
MRP
mengidentifikasikan banyaknya bahan dan komponen yang diperlukan baik dari segi
jumlah dan waktunya dengan memperhatikan waktu tenggang produksi maupun
pengadaan atau pembelian komponen, sehingga memperkecil resiko tidak
tersedianya bahan yang akan diproses yang mengakibatkan terganggunya rencana
produksi.
3.
Komitmen yang realistis
Dengan
MRP, jadwal produksi diharapkan dapat dipenuhi sesuai dengan rencana, sehingga
komitmen terhadap pengiriman barang dilakukan secara lebih realistis. Hal ini
mendorong meningkatnya kepuasan dan kepercayaan konsumen.
4.
Meningkatkan efisiensi
MRP
juga mendorong peningkatan efisiensi karena jumlah persediaan, waktu produksi,
dan waktu pengiriman barang dapat direncanakan lebih baik sesuai dengan Jadwal
Induk Produksi (JIP).
Dengan demikian terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan
MRP (Material Requirements Planning), yaitu :
a.
Menentukan kebutuhan pada saat yang tepat
Kapan
pekerjaan harus selesai atau material harus tersedia agar Jadwal Induk Produksi
(JIP)
dapat
terpenuhi.
b.
Menentukan kebutuhan minimal setiap item melalui sistem penjadwalan.
c.
Menentukan pelaksanaan rencana pemesanaan.
Kapan
pemesanan atau pembatalan pemesanan harus dilakukan.
d.
Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang harus
direncanakan didasarkan pada kapasitas yang ada.
3. Kelebihan dan Kelemahan Material Requirement Planning
II.3.1. Kelebihan MRP
Kemampuan
memberi harga lebih kompetitif
Mengurangi
harga penjualan
Mengurangi
Inventori
Pelayanan
pelanggan yang lebih baik
Respon terhadap
permintaan pasar lebih baik
Kemampuan
mengubah jadwal induk
Mengurangi
biaya setup
Mengurangi
waktu menganggur
Memberi catatan
kemajuan sehingga manager dapat merencanakan order sebelum pesanan aktual
dirilis
Memberitahu
kapan memperlambat akan sebaik mempercepat
Menunda atau
membatalkan pesanan
Mengubah
kuantitas pesanan
Memajukan atau menunda batas waktu pesanan
Membantu
perencanaan kapasitas
II.3.2. Kelemahan MRP
Problem
utama penggunaan sistem MRP adalah integritas data. Jika terdapat data salah
pada data persediaan, bill material data/master schedule kemudian juga akan
menghasilkan data salah. Problem utama lainnya adalah MRP systems membutuhkan
data spesifik berapa lama perusahaan menggunakan berbagai komponen dalam
memproduksi produk tertentu (asumsi semua variable). Desain sistem ini juga
mengasumsikan bahwa "lead time" dalam proses in manufacturing sama
untuk setiap item produk yang dibuat.
Proses
manufaktur yang dimiliki perusahaan mungkin berbeda diberbagai tempat. Hal ini
berakibat terjadinya daftar pesanan yang berbeda karena perbedaaan jarak yang
jauh. The overall ERP system dapat digunakan untuk mengorganisaisi sediaan dan
kebutuhan menurut individu perusaaannya dan memungkinkan terjadinya komunikasi
antar perusahaan sehingga dapat mendistribuskan setiap komponen pada kebutuan
perusahaan.
Hal
ini mengindikasikan bahwa sebuah sistem enterprise perlu diterapkan sebelum
menerapkan sistem MRP. Sistem ERP system dibutuhkan untuk menghitung secara
reguler dengan benar bagaimana kebutuhan item sebenarnya yang harus disediakan
untuk proses produksi.
MRP
tidak mengitung jumlah kapasitas produksi. Meskipun demikian, dalam jumlah yang
besar perlu diterapkan suatu sistem dalam tingkatan lebih lanjut, yaitu MRP II.
MRP II adalah sistem yang mengintegrasikan aspek keuangan. Sistem ini mencakup
perencanaan kapasitas
- Kegagalan dalam mengaplikasikan sistem MRP biasanya disebabkan oleh ;
Kurangnya
komitmen top manajemen, Kesalahan memandang MRP hanyalah
software yang hanya butuh digunakan secara tepat, integrasi MRP
JIT yang tidak tepat, Membutuhkan pengoperasian yang akurat, dan Terlalu kaku.
4.
Input, Proses,
Output
Material Requirement Planning
4.1. Input MRP
Input yang dibutuhkan dalam konsep
MRP, yaitu sebagai berikut :
1. Jadwal Induk Produksi (Master Production Schedule), merupakan ringkasan skedul produksi produk jadi untuk periode mendatang yang dirancang berdasarkan pesanan pelanggan atau peramalan permintaan. JIP berisi perencanaan secara mendetail mengenai jumlah produksi yang dibutuhkan untuk setiap produk akhir beserta periode waktunya untuk suatu jangka perencanaan dengan memperhatikan kapasitas yang tersedia. Sistem MRP mengasumsikan bahwa pesanan yang dicatat dalam JIP adalah pasti, kendatipun hanya merupakan peramalan.
1. Jadwal Induk Produksi (Master Production Schedule), merupakan ringkasan skedul produksi produk jadi untuk periode mendatang yang dirancang berdasarkan pesanan pelanggan atau peramalan permintaan. JIP berisi perencanaan secara mendetail mengenai jumlah produksi yang dibutuhkan untuk setiap produk akhir beserta periode waktunya untuk suatu jangka perencanaan dengan memperhatikan kapasitas yang tersedia. Sistem MRP mengasumsikan bahwa pesanan yang dicatat dalam JIP adalah pasti, kendatipun hanya merupakan peramalan.
2. Status Persediaan (Inventory
Master File atau Inventory Status Record), merupakan catatan keadaan persediaan
yang menggambarkan status semua item yang ada dalam persediaan yang berkaitan
dengan:
a. Jumlah persediaan yang dimiliki
pada setiap periode (on hand inventory).
b. Jumlah barang yang sedang dipesan dan kapan pesanan tersebut akan datang (on order inventory).
c. Lead time dari setiap bahan.
b. Jumlah barang yang sedang dipesan dan kapan pesanan tersebut akan datang (on order inventory).
c. Lead time dari setiap bahan.
3.
Struktur Produk (Bill Of Material), merupakan kaitan antara produk dengan
komponen penyusunnya yang memberikan informasi mengenai daftar komponen,
campuran bahan dan bahan baku yang diperlukan untuk membuat produk. BOM juga
memberikan deskripsi, penjelasan dan kuantitas dari setiap bahan baku yang
diperlukan untuk membuat satu unit produk.
4.2. Proses MRP
Langkah–langkah dasar dalam penyusunan MRP, yaitu antara lain:
Langkah–langkah dasar dalam penyusunan MRP, yaitu antara lain:
1.
Netting
yaitu proses perhitungan
jumlah kebutuhan bersih untuk setiap periode selama horison perencanaan yang besarnya
merupakan selisih antara kebutuhan kotor dengan jadwal penerimaan persediaan
dan persediaan awal yang tersedia.
2.
Lotting
yaitu penentuan besarnya ukuran
jumlah pesanan (lot size) yang optimal untuk sebuah item berdasarkan kebutuhan
bersih yang dihasilkan.
3.
Offsetting
yaitu proses yang bertujuan untuk
menentukan saat yang tepat melaksanakan rencana pemesanan dalam pemenuhan
kebutuhan bersih. Penentuan rencana saat pemesanan ini diperoleh dengan cara
mengurangkan kebutuhan bersih yang harus tersedia dengan waktu ancang-ancang
(lead time).
4.
Exploding
merupakan proses perhitungan dari
ketiga langkah sebelumnya yaitu netting, lotting dan offsetting yang dilakukan
untuk komponen atau item yang berada pada level dibawahnya berdasarkan atas
rencana pemesanan
4.3. Output MRP
Output MRP sekaligus juga mencerminkan kemampuan dan ciri
dari MRP, yaitu :
1. Planned Order Schedule (Jadwal
Pesanan Terencana) penentuan jumlah kebutuhan material serta waktu pemesanannya
untuk masa yang akan datang.
2. Order Release Report (Laporan
Pengeluaran Pesanan) berguna bagi pembeli yang akan digunakan untuk
bernegoisasi dengan pemasok dan berguna juga bagi manajer manufaktur yang akan
digunakan untuk mengontrol proses produksi.
3. Changes to Planning Orders
(Perubahan terhadap pesanan yang telah direncanakan) yang merefleksikan
pembatalan pesanan, pengurangan pesanan dan pengubahan jumlah pesanan.
4. Performance Report (Laporan
Penampilan), suatu tampilan yang menunjukkan sejauh mana sistem bekerja, kaitannya
dengan kekosongan stok dan ukuran yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar